Rangkuman Buku Jurnalisme Investigasi



Oleh Dandhy Dwi Laksono

1.1. Pengantar
Jamak diketahui, karena banyak alasan, tidak banyak jurnalis yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuan investigasinya. Padahal bagi AJI, jumlah liputan investigasi yang berpengaruh merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam meningkatkan profesionalisme jurnalis di negeri ini. Sepuluh tahun pasca-reformasi, banyak kalangan menganggap kebebasan pers Indonesia jauh lebih maju daripada era-era sebelumnya. Tapi, ketika kualitas informasi yang disampaikan pers diuji kembali, kesimpulannya lain lagi.


1.2.  Apa Itu Investigasi
Jurnalisme investigasi biasanya memenuhi elemen-elemen ini:
1.  Mengungkap kejahatan terhadap kepentingan publik, atau tindakan yang merugikan orang lain.
2.  Skala dari kasus yang diungkat cenderung terjadi secara luas atau sistematis.
3.  Menjawab semua pertanyaan penting yang muncul dan memetakan persoalan dengan gamblang
4.  Mendudukkan aktor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung buti-bukti yang kuat.
5.  Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang dilaporkan dan bisa membuat keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu.
Tanpa kelima elemen tersebut, sebuah laporan panjang barangkali hanya bisa disebut sebagai laporan mendalam. Jadi, teknik investigasi seperti mendapatkan dokumen atau penyamaran hanya salah satu sub-elemen dalam jurnalisme investigasi. In-depth reporting atau laporan mendalam biasanya juga disajikan panjang lebar. Tetapi, dia hanya berhenti pada pemetaan masalah. Laporan investigasi lebih maju dengan mencari di mana letak kesalahannya, apakah terjadi secara sistematis, dan siapa saja yang terlibat dan bertanggung jawab.
Dalam in-depth, wartawan bercerita sembari memperlihatkan ekspresi wajahnya. Sementara dalam investigative, di akhir cerita, wartawan menggunakan telunjuknya. Investigasi yang dilakukan jurnalis bukan investigasi dalam konsep kepolisian. Dengan alasn apapun, jurnalis tidak dibenarkan mengambil atau mencuri sebuah dokumen dari pihak lain.
1.3   Modal Investigasi
        Dibutuhkan modal yang cukup untuk merancang sebuah proyek investigasi. Modal yang dimaksud tentu bukan semata-mata anggaran, tetapi yang jauh lebih penting adalah kemauan, keberanian, dan ketekunan dari “agen-agen lapangan”. Jurnalis yang ingin menekuni investigasi sebaiknya punya komitmen untuk berkorban sebelum menuntut pihak lain berkorban. Keberanian mengambil risiko dalam kerja-kerja investigasi juga bukan monopoli wartawan dari jenis kelamin tertentu.
            Setelah kemauan dan keberanian, modal dasar yang perlu dimiliki individu jurnalis dalam kerja-kerja investigasi adalah ketekunan dan keuletan. Dalam kerja-kerja investigasi, jearing yang sangat bermanfaat biasanya justru mereka yang bukan pejabat atau orang terkenal. Tak sedikit kisah di balik sukses investigasi, justru bermula dari pertemuan dengan seorang narasumber yang tak disengaja.
            Banyak liputan besar digagas oleh temuan reporter-reporter lapangan. Wartawan harus memiliki keterampilan dan jeli dalam pengemasan sebuah berita. Kesadaran bahwa produk-produk investigasi adalah (1) bagian dari investasi bisnis dalam industri, mestinya bertemu dengan (2) kepentingan nilai-nilai jurnalisme yang bekerja untuk kepentingan publik, dan (3) tntutan profesionalisme para wartawan untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai pengumpul informasi.

1.4   Perencanaan Investigasi
        Garis besar perencanaan dalam sebuah proyek investigasi adalah: (1) membentuk tim, (2) melakukan riset, obsevasi awal, atau survei, (3) menentukan angle dan merumuskan hipotesis, (4) merancang strategi eksekusi, (menyiapkan skenario pasca-publikasi. Fungsi dari tim dalam investigasi bukanlah soal pembagian kerja semata, tetapiuntuk saling menjaga substansi cerita. Riset dalam investigasi biasanya dipahami sebagai fase yang harus dilakukan sebelum turun ke lapangan.
            Observasi/survei dalam tahap perencanaan biasanya dilakukan dalam topik-topik yang lebih kompleks dan membutuhkan kerja sama tim di lapangan. Memilih angle dalam liputan persis seperti kerja kamera belaka: sama-sama memotret sebuah fenomena, tetapi sudut mana yang membuat gambar itu bercerita dengan sendirinya. setelah menentukan angle dan fokus liputan, wartawan perlu merumuskan hipotesis yang akan diujinya di lapangan. Setelah merumuskan hipotesis, langkah selanjutnya adalah merancang strategi eksekusi liputan.

1.5   Action!
        Inti dari action atau eksekusi liputan investigasi sebenarnya hanya ada dua tahap: (1) mencari bukti fisik, (2) mencari kesaksian yang mendukung bukti tersebut. Tiga elemen dalam pelaksanaan atau eksekusi investigasi, yaitu tahap, metode, dan teknik. Lima unsur dalam strategi investigasi: (1) tahapan yang jelas, (2) metode yang digunakan, (3) teknik yang dipakai, (4) pemilihan sumber daya manusia, (5) logistik.
            Secara empirik, jenis-jenis narasumber yang biasa kita temui dalam liputan investigasi adalah sebagai berikut: (1) narasumber petunjuk, (2) narasumber utama, (3) narasumber pendukung, (4) narasumber ahli. Tugas investigasi adalah memaparkan sebuah persoalan segamblang-gamblangnya, termasuk dari pihak yang kita duga melakukan kejahatan publik.
1.6   Teknik Peliputan
        Teknik penyamaran adalah teknik yang paling banyak digunakan dalam kerj investigasi. Jenis penyamran: (1) penyamaran melebur, (2) penyamaran menempel, (3) penyamaran berjarak. Selain penyamaran, teknik lain yang sering digunakan dalam peliputan (termasuk investigasi) adalah teknik observasi. Teknik observasi sendiri kadang dilakukan terang-terangan, kadang juga tidak.
1.7   Mengemas Laporan
        Dalam sebuah alur, kerangka cerita biasanya memuat beberapa bagian: (1) strategi membuka cerita, (2) pengantar masalah, (3) bagian inti masalah, (4) penjabaran masalah, (5) klimaks, (6) kesimpulan dan penutup. Elemen dalam penulisan: (1) informatif, (2) signifikan, (3) fokus, (4) konteks, (5) wajah, (6) bentuk, (7) suara.
            Di sisi lain, ada tujuh kegagalan dalam sebuah tulisan: (1) gagal menekankan segala yang penting, (2) gagal menghadirkan fakta-fakta yang mendukung, (3) gagal memerangi kejemuan pembaca karena terlalu banyak hal yang umum, (4) gagal mengorganisasikan tulisan secara baik, (5) gagal mempraktikan tata bahasa secara baik, (6) gagal menulis secara berimbang, (7) gagal mengaitka diri dengan pembaca.

 1.8   Kode Etik
        Secara prinsip, ada dua kode etik yang mengatur wartawan Indonesia: (1) Kode Etik Jurnalistik (KEJ), dan (2) Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Bagian paling penting dari liputan apa pun, terutama investigasi, adalah perlindungan narasumber. Tugas wartawan tidak hanya meyakinkan orang untuk berbicara, tetapi juga menerangkan dampak yang timbul setelah orang itu berbicara, dan ikut memantau apa yang terjadi setelahnya.
            Dalam UU Keterbukaan Informasi Publik, misalnya, semua dokumen yang dikeluarkan lembaga negara pada prinsipnya bisa diketahui publik, kecuali lima jenis: (1) informasi yang dapat membahayakan negara, (2) informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat, (3) informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi, (4) informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan, (5) informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.
            Bila merujuk kepada Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers, hanya ada dua alasan yang membuat penyamaran dibenarkan: (1) demi kepentingan publik, (2) tak ada cara lain untuk mendapatkan informasi. Guna “mengakali” kekurangan gambar, jurnalis televisi sering melengkapinya dengan membuat reka ulang adegan atau rekonstruksi.

Comments

  1. Salam untuk kalian para member setia S1288poker, bagi kalian yang ingin bergabung bersama kami di S1288poker kalian bisa langsung saja mendaftarkan diri kalian disini dan ajak teman kalian untuk bermaian di S1288poker,com dapat kan bonus juga bonus freechips setiap hari nya.
    WA : 081910053031

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perbedaan Rating dan Share

Pacuan Kuda Arcamanik Tinggal Kenangan

Rangkuman Buku Jurnalisme Investigasi - Septiawan Santana