Rangkuman Buku Jurnalisme Investigasi - Septiawan Santana




1.      Daya Bertanya, Pertanyaan Berdaya

Sekarang, orang baru bangga bila disebut wartawan investigatif. Wartawan investigatif harus mampu mengangka pertanyaan-pertanyaan berdaya untuk menjaring informasi eksklusif. Jurnalistik investigatif bukanlah sekadar fashion. Ia adalah nyawa massa kini. Media yang tidak mempunyai kemampuan investigatif, bersiap-siaplah untuk tersingkir dari cakrawala media Indonesia.


2       Jurnalisme Investigasi di Indonesia

Pelaksanaan jurnalisme investigatif di Indonesia dipengaruhi antara lain oleh sistem politik “keterbukaan dan kemerdekaan pers”. Kegiatan investigasi di Indonesia ditakut-takuti tindakan pembredelan penguasa. Di Indonesia, harian Indonesia Raya merupakan salah satu media di Indonesia yang banyak dinilai cukup fenomenal di dalam pelaporan investigasi.

              Pengaruh tiga dekade kekuasaan Orba merepresi kehidupan pers Indonesia telah menjadikan pengenalan istilah investigatif tidak begitu dikenali secara utuh dalam pedoman peliputan pers Indonesia. Istilah depth reporting menjadi lebih dikenali oleh masyarakat pers. Arah kemendalaman investigatif-depth dialirkan kepada pencarian kelengkapan data dan keterangan yang memeberikan keluasan perspektif khalayak ketika mengenali pelbagai kasus, skandal, atau kejahatan (khususnya politik).



3       Sejarah Investigasi

Jurnalisme investigatif bisa dikatakan awal munculnya memakai bentukan medium perlawanan terhadap kebijakan penguasa. Investigative journalism disinonmkan dengan istilah jurnalisme crusading. Istilah crusading, dalam sejarah pers Amerika, menyangkut periode Muckraking yang mengekspos perilaku antisosial dan kejahatan di dunia pemerintahan dan bisnis. Jurnalisme investigasi menjadi bidang usaha penerbitan pers yang menguntungkan. Beberapa waratawan investigasi kemudian mengembangkan gaya pelaporan jurnalisme investigasi untuk kepentingan penulisan novel.

              Dari fenomena periode Muckraking, dapat dilihat bahwa jurnalisme investigasi tampil ke tengah keadaan masyarakat yang memerlukan pasokaninformasi yang bisa menjaga nilai dan norma kehidupan dari kemungkinan penyelewengan yang dilakukan berbagai pihak, kelompok, atau institusi. Gambaran sosok wartawan investigatif menginsinuasikan tampilan-tampilan tertentu. Ada nilai romantik idealisme jurnalis meraih budaya popularitas.



4        Investigative dengan Depth

Sebagai sebuah pelaporan jurnalistik, investigasi memiliki unsur kemendalaman. Depth reporting menjadi salah satu cara/alat bagaimana investigasi diliput dan ditulis. Tujuan dari pelaporan in-depth reporting, menurut Ferguson & Patten, ialah untuk mendapatkan “kelengkapan pengisahan-pengisahan dengan substansi”. Berbagai kegiatan peliputan yang dikerjakan wartawan dan didefinisikan dengan jurnalisme, semuanya masuk ke dalam perangkat depth reporting.



5        Ciri Jurnalisme Investigasi

Jurnalisme investigatif memang berbeda dengan kegiatan jurnalistik pada umumnya. Terminologi investigative journalism memberikan atribut penyelidikan, keingintahuan, dan misi tertentu dari para wartawannya. Tujuan kegiatan jurnalisme investigatif adalah memberi tahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang telah berbohong dan menutup-nutupi kebenaran. Aktivitas jurnalisme investigasi mencakup fungsi-fungsi to describe, to explain, and to persuade.

              Investigative journalism bukan hanya menyampaikan sebuah dugaan adanya sebuah pesoalan pelanggaran, melainkan juga merupakan kegiatan mereproduksi pembuktian konklusif dan melaporkannya secara jelas dan simpel. Harsono mengindikasikan kerja liputan investigatif, berciri: riset dan reportase mendalam, paper trail, wawancara mendalam, dan pemakaian metode penyelidikan polisi.



6        Investigative Reporting

Investigative reporting ialah sebuah repotase, sebuah kerja menghasilkan produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting dari banyak orang atau organisasi yang sengaja merahasiakannya. Manakala reporter mengerjakan sebuah artikel investigative, mereka melakukan penyamaran dan tidak mengungkapkan pada sumber-sumber kisah bahwa mereka adalah reporter. Hipotesis yang telah dibuat mengarahkan kemana arah liputan harus dituju.

              Williams memberikan sebelas langkah investigative reporting, yaitu: conception, feasibility study, go-no-go decision, basebuilding, planning, original research, reevaluation, filling the gaps, final evaluations, writing and rewriting, publication and follow-up stories. Nilai kebenaran moral menjadi patokan dasar motif dasar kerja wartawan investigatif.



7       Riset Investigasi

Akar dari setiap investigasi ialah informasi. Precision journalism mempergunakan rancangan penelitian yang sistematis dan terencana. Jurnalisme presisi melaksanakan dua tahapan kerja. Tahap pertama, ialah tahap pelaksanaan kegiatan riset. Tahap kedua, merupakan tahapan penulisan.

              Riset dan reportase yang mendalam dan berjangka waktu panjang, adalah sarana untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesis. Hipotesis sangatlah penting untuk membantu wartawan memfokuskan dirinya dalam waktu investigasi. Dalam perkembangannya, jurnalisme kemudian memakai survei secara lebih jauh lagi.

               Riset sumber primer berhubungan dengan kegiatan penggalian fakta dan pemeriksaan akurasi. Sumber primer bisa didapatkan dari: pengalaman pribadi, observasi, dan para tenaga sukarela. Riset sumber sekunder merupakan material yang sudah dipublikasikan sebelumnya, atau sudah dibaca sebelumnya oleh masyarakat. Sumber sekunder yang bisa dimanfaatkan yaitu: perpustakaan, surat kabar, majalah, dan buku. Sumber informasi lain yaitu internet.



8       Wawancara Investigasi

Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan wartawan dalam melaksanakan kegiatan wawancara. Pertama, upaya “mempersiapkan wawancara dan mengajukan pertanyaan yang bagus”. Kedua, upaya mempersiapkan wawancara dengan mengumpulkan informasi terkait. Pertanyaan investigatif menggunakan teknik manipulasi sikap seolah-olah mengetahui fakta yang telah terjadi.

              Cara pengumpulan informasi diracik melalui kegiatan wawancara dapat ditelusuri secara umum ke dalam kegiatan berikut: wawancara telepon, wawancara langsung, konferensi pers. Itude & Anderson memberikan beberapa jenis wawancara: interview from the outside in, smoking gun interviews, double checks dan triple checks.



9       Penulisan dan Estetika Investigasi

Menulis laporan investigatif tak jauh berbeda dengan kerja seorang redaktur. Tubuh penulisan investigatif, seperti banyak dikerjakan reporternya, mengkreasikan pengisahan literary journalism, jurnalisme sastra. Penulisan investigatif tetap memakai dasar pelaporan yang biasa dikerjakan kalangan jurnalis, yakni: awal, tengah/tubuh, akhir/penutup.

              Rich menyebutkan jenis descriptive leads, narrative leads, dan anecdotal leads, sebagai pengawal kisah. Semua perangkat teknik penulisan di bagian tengah memang terkait erat dengan teknik penulisan yang biasa dipakai di kalangan sastra. Bagian akhir penulisan investigatif seringkali memaparkan kedalaman pikiran dan emosi ke dalam benak pembaca, tanpa paparan editorial atau petuah moral. Wartawan investigatif dibatasi oleh self-legislation dan self-enforcement di dalam pekerjaannya.



10     Perkembangan Jurnalisme Investigasi

Perkembangan jurnalisme investigatif telah mengalami bentukan yang berbeda dengan fase-fase akhir abad ke-19 sebelumnya. Keberadaan jurnalisme investigatif menjadi terkait dengan pelbagai kegiatan deregulasi yang dilakukan semenjak post-Perang Dunia II. Di samping dipengaruhi pemilikan dan kontrol media, jurnalisme investigatif juga tercetak ke dalam jaringan kerja dari international markets.
               Kedudukan jurnalisme investigatif sebagai sebuah produk jurnalistik menjadi goyah, khususnya akan kerja investigasi sebagai medium bagi kepentingan publik untuk mengetahui isu-isu dan kejadian-kejadian kontraversial. Daya gerak jurnalisme investigatif mesti dapat menolak “tekanan sistematik media yang didominasi oleh haluan ideologikal tertentu di dalam struktur masyarakat”. Peranan jurnalisme investigatif menjadi penting di dalam memfungsikan media ke dalam prinsip-prinsip komunikasi demokrasi.

Comments

  1. Salam untuk kalian para member setia S1288poker, bagi kalian yang ingin bergabung bersama kami di S1288poker kalian bisa langsung saja mendaftarkan diri kalian disini dan ajak teman kalian untuk bermaian di S1288poker,com dapat kan bonus juga bonus freechips setiap hari nya.
    WA : 081910053031

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perbedaan Rating dan Share

Pacuan Kuda Arcamanik Tinggal Kenangan