Pengertian Epistemologi
Secara historis,
istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk
membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. Sebagai sub
sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan
atau pengertian yang tidak mudah
dipahami. Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan
memperkenalkan pengertian (definisi)
secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep
tersebut. Hal ini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep
selanjutnya
Epistemologi juga disebut teori
pengetahuan (theory of knowledge). Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani
episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi
dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam Epistemologi,
pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui”? Persoalan-persoalan
dalam epistemologi adalah: 1.Bagaimanakah manusia dapat mengetahui
sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?; 3). Bagaimanakah
validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan
a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003,
hal.32).
Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan
pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah
sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup
pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap
manuasia (William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005).
Menurut Musa
Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai
hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik
untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.
Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,
pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi
sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar
dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya
sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan
panca indera dengan berbagai metode.
Metode-metode
untuk memperoleh pengetahuan:
- Empirisme
Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
- Rasionalisme
c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
- Intusionisme
Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme – setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang senyatanya.
- Dialektis
Epistemologi Ilmu
Komunikasi
Hakikat pribadi ilmu
(Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu
(Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis
Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan
bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?”
(Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief,
understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting,
learning, and forgetting”.
Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemologi ilmu komunikasi
sudah sejak kemunculan komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah ilmu
komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana
proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka
ilmu komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu sosial
yang terlebih dahulu ada. Pengaruh sosiologi dan psikologi sangat berkontribusi
atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland,
Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan komunikasi. Dan
memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru oada abad ke-19
di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini
sendiri.
Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari proses
perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika . Kajian komunikasi yang
dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan komunikasi
menjadi sebuah ilmu.
Sumber
Salam untuk kalian para member setia S1288poker, bagi kalian yang ingin bergabung bersama kami di S1288poker kalian bisa langsung saja mendaftarkan diri kalian disini dan ajak teman kalian untuk bermaian di S1288poker,com dapat kan bonus juga bonus freechips setiap hari nya.
ReplyDeleteWA : 081910053031
Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana dan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan epistemologi sejarah dominoqq
ReplyDeleteI really appreciate your support on this.
ReplyDeleteLook forward to hearing from you soon.
I’m happy to answer your questions, if you have any.
คาสิโนออนไลน์
แจกเครดิตฟรี ฝากถอนง่าย
เล่นบาคาร่า
Many thanks for your kind invitation. I’ll join you.
ReplyDeleteWould you like to play cards?
Come to the party with me, please.
See you soon...
คาสิโนออนไลน์
คาสิโน
คาสิโนออนไลน์
เครดิตฟรี