Teori Komunikasi yang Berkaitan dengan Berita Mendalam
I. Teori Komunikasi
1.1 Teori S-M-C-R
Rumus S-
M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah. S singkatan dari Source yang berarti sumber atau
komunikator; M singkatan dari Message
yang berarti pesan; C singkatan dari Channel
yang berarti saluran atau media; R singkatan dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan (Onong, 2003 : 256).
Teori
ini tentunya berkaitan dengan berita mendalam. Komunikator yang dimaksud dalam
teori ini yaitu wartawan yang membuat berita mendalam. Saluran atau media yang
dimaksud yaitu wadah di mana hasil tulisan berita mendalam yang dibuat oleh
wartawan dipublikasikan. Pesan yang dimaksud tentunya adalah pesan yang ada di
berita medalam yang dibuat. Kemudian komunikan yang dimaksud yaitu merupakan
khalayak yang tentunya membaca hasil laporan berita mendalam yang dibuat oleh
wartawan di dalam sebuah media massa.
1.2 Teori Kredibilitas Sumber
Teori
ini lahir cukup lama. Dikembangkan oleh Hovland, Janis, dan Kelly tahun 1953
(Communication Capstone, 2001). Teori ini menjelaskan bahwa seseorang
dimungkinkan lebih mudah dibujuk (dipersuasi) jika sumber-sumber persuasinya
(bisa komunikator itu sendiri) memiliki kredibilitas yang cukup. Cukup mudah
untuk memahami teori ini dalam konteks kasus. Kita biasanya akan lebih percaya dan
cenderung menerima dengan baik pesan-pesan yang disampaikan oleh orang-orang
yang memiliki kredibilitas dibidangnya.
Teori ini jika diaplikasikan ke dalam berita mendalam,
tentunya berhubungan. Bisa dibuktikan khalayak akan lebih percaya dengan pesan
yang disampaikan oleh wartawan yang sudah memiliki “nama” atau media yang sudah
memiliki keahlian khusus dalam menyajikan sebuah laporan mendalam. Selain itu,
khalayak juga tentunya akan lebih percaya terhadap data-data yang ada dalam
sebuah laporan mendalam jika narasumber atau sumber data tersebut jelas dan
dari sumber terpercaya.
II. Teori Komunikasi Massa
2.1 Teori
Perbedaan Individual
Menurut
teori ini, individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa
secara selektif menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama jika berkaitan
dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan
kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya (Onong, 2003 : 275).
Sama halnya dengan
penulisan berita mendalam.
Berita mendalam yang telah disebarkan
melalui media massa tentunya akan dibaca oleh banyak orang. Namun, tidak akan
semua orang yang membaca laporan berita
mendalam tersebut. Dengan kata lain,
hanya orang-orang tertentu saja yang menganggap pesan tersebut berkaitan dengan
kepentingannya maka orang tersebut akan membaca. Dengan demikian, efek yang
akan didapat pun akan berbeda terutama orang yang membaca dengan orang yang
tidak membaca pesan yang disampaikan oleh penulis melalui berita mendalam tersebut.
2.2 Agenda
Setting
Agenda
setting untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E.Mc Combs dan D.L. Shaw dalam Public Opinion Quarterly terbitan tahun
1972, berjudul The Agenda Setting Function
of Mass Media. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan
tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan memengaruhi khalayak untuk
menganggapnya penting” (Onong, 2003 : 287).
Teori
ini dapat kita lihat langsung dalam realita yang ada. Misalnya saja, jika
terdapat laporan utama berbentuk berita mendalam dalam sebuah media massa cetak
maka peristiwa yang diangkat akan menjadi penting bagi khalayak. Hal ini
disebabkan media tersebuut menekankan sebuah isu dan menjadikannya laporan
utama bahkan berita mendalam.
III. Teori Jurnalistik
3.1 Teori
Tanggung Jawab Sosial
Teori
tanggung jawab sosial dikembangkan di Amerika pada abad ke-20 sebagai protes
terhadap teori libertarian. Teori ini berasal dari tulisan W.E. Hocking, yang
merupakan hasil rumusan Komisi Kebebasan Pers yang diikuti praktisi jurnalistik
tentang kode etik media. Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers harus
disertai tanggung jawab kepada masyarakat. Dalam teori tanggung jawab sosial,
prinsip kebebasan pers masih dipertahankan, tapi harus disertai kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksanakan tugas pokoknya (Elvinaro,
2007 : 161-162).
Dalam
hal ini, jika seorang atau sebuah tim wartawan membuat sebuah laporan mendalam
dari sebuah peristiwa, wartawan tersebut tetap harus bertanggung jawab terhadap
masyarakat. Informasi yang dicari dan disajikan oleh wartawan haruslah bersifat
netral. Selain itu, tentunya informasi yang disajikan harus mengandung data
yang sebenar-benarnya agar masyarakat tahu apa yang terjadi dari sebuah kasus.
Daftar Pustaka
Ardianto,
E., L. Komala, dan S.Karlinah. 2007. Komunikasi
Massa. Bandung : Simbiosa Reatama Media.
Effendy,
Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan
Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Yusriza,
M. 2012. Komunikasi dan Sumber Informasi Komunikasi, Media, Sumber Informasi,
Serta Teori Komunikasi Persuasdan Interpersonal Kontekstual. Tersedia: http://ilmuperpustakaan1.blogspot.com/2012/11/ilmu-komunikasi-perpustakaan.html. (diakses pada 11 Desember 2013)
Comments
Post a Comment